Antara Cinta Dan Benci


Sudah setahun ini resti dan yudha menjalin pertemanan, namun kenyataan nya bukan terlihat sebagai teman. Resti menganggap yudha sebagai musuh abadi. yudha menganggap semuanya terserah, bisa dibilang teman iya bisa dibilang musuh iya. karena yudha yang sukanya usil terhadap resti, membuat resti menjadi terusik dengan tingkahnya. Dibalik keusilanya, yudha memiliki perasaan terpendam ke resti. Hanya saja resti tidak bisa menangkap maksud darinya.
Di rumah Nana, dikamarnya.

“res, menurut loe bima sama yudha keren siapa?” Tanya nana iseng. mendengar pertanyaan nana yang kurang kerjaan resti terbangun dari tiduranya.
“yaa.. bima lah!” serunya bersemangat.
“iya loe bilang bima, karena dia pacar loe kan..” resti menghampiri nana yang sedang merapikan rambutnya.
“sebentar..” ucapnya heran “loe kok, banding-bandingin mereka berdua ke aku na?” nana menyudahi kegiatanya, lalu meletakan sisir di depan kaca riasnya. mulai memperhatikan resti yang bertanya
“bukanya gitu res. Aku Cuma pengen Tanya aja. tapi sikap yudha ke loe kok terlihat aneh..” ucapnya berhenti, nana mengambil gelas yang terisi es jeruk kemudian Menyeruput sedikit. resti hanya tertegun memperhatikanya. Lalu gelas tadi dikembalikan ditempat semula setelah itu mulai berbicara “mungkin dia suka sama loe res” ucapan nana memberi kesan terpendam.
“haa? Gila loe kalau ngomong..! mana mungkin! Dia adalah musuh abadi gue” resti kesal.
“tapi apa loe gak merasa sedikit pun res, kalau dia suka sama loe” Tanya lagi nana.
“ya gak lah.. mana mungkin gue suka. gue kan sudah jadian sama bima. Pasti loe mungkin yang suka”. nana kembali mengambil gelasnya, lalu menyeruputnya lagi sedikit demi sedikit.
“kalau iya kenapa?” goda nana sambil menyeruput jus jeruknya.
Di kelas yang selalu tidak pernah sepi resti duduk di pertengahan bangku. hari ini terasa hampa. Sahabatnya nana yang ditunggu belum datang juga. biasanya sahabatnya datang lebih awal dari pada dirinya.
“hai, res..! tumben datang pagi-pagi” sapa seorang cowok meletakan tasnya di meja sebelahnya dengan wajah tampak ceria.
“iiih.. ngapain sih anak!!” gerutunya kesal dalam hati, ia memalingkan pandangan ke sudut pintu kelas. cowok itu duduk disebelahnya seraya memandangi resti. Resti yang mengetahuinya mencoba mencuri pandang sedikit ke cowok itu. dia merasa terganggu olehnya.
“ngapain loe lihat-lihat kayak gitu?!!” tanyanya kesal. Cowok itu mengalihkan pandangnya ke arah lain untuk mencari alasan
“gak.. siapa yang ngeliat” ucapnya pura-pura bodoh.
Cowok itu ialah yudha. cowok yang selama ini menjadi musuh abadinya. Mereka bisa duduk sebangku karena keinginan yudha sendiri. Awalnya di kelas mereka duduk berjauhan. berkat sahabatnya nana, yudha bisa sebangku dengan resti. Dengan alasan nana ingin mendekati cowok yang disukainya. Ia adalah fano sahabat yudha juga. padahal semua itu hanya trik nana agar yudha bisa sebangku dengan resti.
Besok malam, bima pacar resti mengadakan hari jadinya yang sudah kurang lebih 1 tahun berjalan. bima mengajak sahabat atau teman resti untuk meramaikan acaranya. teman cewek baik cowok juga turut diundang. yudha pun turut serta, awalnya resti tak menyetujui ia datang, namun terlanjur nana sahabatnya mengajaknya. lalu bagaimana lagi.
Di sebuah kafe yang cukup elit, bima pacar resti memboking sebagian tempat yang ada disana. tampak dari raut muka nana mencari sesuatu di setiap sudut kafe, yang di tatapnya selalu arah pintu masuk kafe. dari arah pintu masuk tiba lah seorang yang di cari-carinya. “itu dia datang!” serunya seraya melambaikan tangan ke arahnya. semua mata tertuju ke arah seorang tadi.
“sori telat.. sudah mulai acaranya?” ucapnya. bima yang dari tadi duduk sambil bercengkrama kini berdiri tuk menyambut kedatanganya.
“sahabat gue yudha.. thanks banget udah datang..” ujarnya, mereka berdua bersalaman. “silahkan duduk yud, anak-anak dari tadi udah nunggu loe. gue kira gak dateng”, ucapnya mempersilahkan duduk.
“iya bim, thanks uda diundang” balas yudha turut bahagia. yudha memilih kursi kosong di depan tempat resti duduk. karena kursi yang lain sudah dipenuhi orang-orang yang hadir. apa kebetulan memang?
Acara pertama berlangsung seru. namun yudha tampak beda. ia sesekali mencoba turut bahagia, walau itu terasa sakit di hatinya. apa daya yang dilakukanya, melihat seorang yang pertama kali disukainya menjadi milik orang lain. memang semua karena cinta, kadang disakiti kadang juga menyakiti. itulah yang dialami seorang yudha. ia merasa tersakiti, walau dirinya saja yang tahu.
Jam menunjukan pukul 11.00, acara barusan saja selesai. sebagian teman dan sahabatnya pamit pulang. resti pamit ke toilet sebentar untuk membersihkan sisa sisa kotoran, akibat toletan kue dari teman-temanya. saat selesai ke toilet ia dihadang yudha. resti yang tahu mencoba menghindar. tapi dengan cepat tangan resti digapainya.
“res, gue mau bicara sebentar” seru yudha. resti terganggu dengan kehadiranya.
“ada apa sih yud, yaudah lepasin dulu tangan gue! jangan sampai bima tau” yudha melepas genggamanya. resti mengelus tanganya yang sakit akibat gapaian tangan yudha. yudha merasa dirinya tadi terlalu kencang menariknya merasa bersalah “res, tangan loe gak papa? sakit?” yudha prihatin. resti merasa muak mendengar basa basi yudha.
“gak papa. ya udah, kalau ngomong, ngomong aja. gue mau balik udah ditungguin anak-anak” ketusnya. yudha langsung to the point.
“sebenarnya sejak lama gue sudah menyimpan perasaan ini ke kamu res” ucapnya berhenti sambil mengatur lajur hatinya yang kacau. resti tak mengerti maksud dari ucapanya
“ah, loe bicara apa yud?” yudha berpikir saat inilah yang tepat untuk menumpahkan segala keraguanya selama ini pada seorang yang diam-diam ia cintai.
“aku sayang kamu res” ucapnya membuat mereka saling menatap satu sama lain. nampaknya dari raut muka seorang yudha resti menangkap apa yang di katakanya barusan hanya lelucon yudha semata.
“udah yud, semua ini nggak lucu. loe bilang kita bermusuhan terus sekarang loe bilang sayang. mau loe itu apa sebenernya?” tegas resti
“gue bilang semua itu karena gue ragu res, tapi sekarang gue memberanikan diri untuk hari ini. karena gue gak lama lagi disini” katanya memegangi kedua tangan resti. mereka saling bertatapan seperti ada ikatan batin yang terlarang untuk dilakukanya. resti mengingat akan bima lalu mencoba melepaskan secara perlahan genggaman yudha
“sori yud, gue gak bisa.” tolaknya
“tapi res?” ucapnya masih berharap.
“sori gue mau balik, udah di tunggu anak-anak yang lain” katanya mengalihkan topik pembicaraan. yudha tak bisa memaksa kehendak resti, ia merasa dirinya penantianya selesai sampai disini kemudian resti meninggalkanya sendiri dengan penuh pertanyaan.
Resti merasa dirinya bersalah akibat kejadian kemarin malam, saat yudha mengutarakan isi hatinya yang selama ini dipendamnya sangat lama. balasan yang terucap dari bibirnya seakan menyakitinya. hari ini sudah 4 hari yudha tak masuk sekolah. resti merasa kesepian. ia sesekali menatap bangku sebelahnya yang kosong. disitulah tempat yudha duduk denganya. apa ini yang dinamakan cinta. yang dialami resti sungguh di luar dugaan. dirinya tiba tiba saja rindu sosok yudha. ia merasa seperti orang bodoh yang selalu ada dipikiranya hanya yudha. cowok yang usil pada dirinya. sepertinya kata-kata itu membekas di lubuk hatinya. kadang ia tersenyum sendiri melamunkan tingkahnya, candanya, godaanya yang semua itu terlintas dibenaknya lalu semua itu terhalau, akan ucapanya tempo lalu.
Hari ini resti mendapat kabar dari nana sahabatnya bahwa yudha akan pergi ke amerika. mendengar itu, hatinya seperti tertusuk jutaan duri tajam. kenapa ia pergi begitu saja? kenapa dia menyerah begitu saja? semua pertanyaan menghinggap dipikiranya. mungkin aku yang keterlaluan selama ini. perasaan itu kini mulai memuncak, yang seharusnya resti tertawa bahagia ketika melihat musuh abadinya akan pergi dari kehidupanya namun sekarang ia seperti terbelenggu dalam suatu hasutan rindu yang mendalam. inikah rasanya cinta..

Dipagi yang segar, resti bergegas ke bandara. mobil yang ia kendarai melaju kencang. sambil menatap jam tanganya ia merasa was-was, takut kedatanganya tidak tepat waktu. sesampai disana ia berlari tak menghiraukan orang-orang disekelilingnya, setiap dia menabrak seorang yang lagi berjalan yang dikatakanya hanya “maaf”.
“yudha!!” serunya. yudha yang hampir masuk ke loket penerbangan menoleh kaget.
“resti..” ucapnya heran. tiket yang di serahkan ke penjaga loket di tarik kembali, lalu ia meminta waktu sebentar pada penjaga itu, untuk menemui seseorang.
“res, kamu kok bisa kesini” ucapnya heran. resti sontak memeluk yudha.
“yud, aku juga sayang sama kamu. aku tahu, aku memang kasar sama kamu. gak menghargai perasaanku ke kamu saat di acara pesta kemarin” katanya sambil mencucurkan air mata. yudha pun menjauhkan pelukan dengan kedua tanganya secara perlahan.
“res, kamu gak kasar, cuma aku yang salah. saat kamu sudah memiliki bima, baru aku jujur kalau aku suka sama kamu”
“kamu gak salah yud. seharusnya aku yang salah, kenapa perasaan ini baru hadir di saat orang yang benar aku sayangi ingin pergi dari kehidupanku” ucapnya memegang erat tangan yudha. “yud, apa bisa kita bersama?”
“res, itu gak akan mungkin. aku gak mau persahabatan ku dengan bima berakhir karena aku menyakitinya.”
“sebenarnya sejak pertama kali jadian, aku tidak menyimpan perasaan sedikit pun ke bima yud. aku harap kamu ngerti”
“res, dia sudah memberikan semuanya yang terbaik untuk kamu. aku harap kamu ngerti. jangan mengecewakanya, karena kehadiranku yang mungkin membuat kamu menjadi begini.”
“tapi yud?”
“res, aku harus pergi. kamu jaga bima baik-baik. aku berharap jangan sakiti dia. dia memang orang terbaik buat kamu.”, yudha melepaskan genggaman resti. “ini res, kamu buka setelah kepergian ku nanti”. diambilnya surat itu dari tangan yudha. kemudian yudha bergegas meninggalkanya.
“yud..” lirihnya. yudha berjalan menjauhi resti yang berdiri dengan perasaan kecewa. ia tak tahu berbuat apa. yang bisa dilakukanya memandangi kepergian yudha. lalu dengan sekejap mata. sosok yudha itu pun lenyap seketika. kemudian resti membuka bungkusan itu. yang ia lihat banyak foto-foto dirinya yang diam-diam yudha simpan dan curahan isi hati yudha pada resti. resti terpana pada isi kata-kata akhir surat itu.
“batu yang tersapu ombak pun akan rapuh. begitu cinta. yang benci akan menjadi rindu. semua patut dipertanyakan kenapa hal itu bisa terjadi? kadang orang hanya bisa menebak, bukan mencarinya. dari tetesan air hujan yang terbentuk dalam gumpalan awan hitam semua hanyalah kebetulan?. itu bukan alasan yang tepat! semua telah teratur dalam skenario kehidupan. yang menjadikan manusia tetap bertahan walau sesakit apapun. karena cinta bukan permainan, bukan omong kosong, dan bukan perbedaan. tapi satu yang terpenting. ialah menghargai. karena cinta menanamkan penghargaan, dalam masing-masing tiap insan.”
kusimpan perasaan ini sampai engkau kembali yud. katanya dalam hati seraya memeluk erat surat pemberian dari yudha.

Tidak ada komentar: